Berita SMPK St. Ursula Ende
MANAJEMEN SEKOLAH BUDAYA INKLUSIF BERBASIS NILAI-NILAI SERVIAM SEBAGAI KOMUNITAS PEMBELAJAR, DALAM KONTEKS KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN URSULIN ABAD-21

MANAJEMEN SEKOLAH BUDAYA INKLUSIF BERBASIS NILAI-NILAI SERVIAM SEBAGAI KOMUNITAS PEMBELAJAR, DALAM KONTEKS KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN URSULIN ABAD-21

Oleh Sr. Herlina Helena Simanjorang, OSU, S.Pd.MM

Kepala SMP Swasta Katolik St. Ursula Ende

LATAR BELAKANG

Pendidikan adalah proses dinamis yang mencakup semua aspek masyarakat dan menambah nilai bagi individu (Krivova dan Myachin, 2011). Oleh karena itu, manusia adalah makhluk yang bergerak mengikuti orbit nilai- nilainya. Dengan demikian, sistem pendidikan juga cenderung dibangun di atas nilai-nilai. Sesuai dengan bab II pasal 2 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.  Pendidikan inklusif mendapat perhatian khusus di dunia Pendidikan. Pendidikan inklusif adalah sebagai pernyataan hak dasar setiap orang untuk mengakses pendidikan dan tidak dikecualikan (Stubbs, 2008;4. Robiyansah Mudjito, Murtadlo,.2020). Keberhasilan pelaksanaan pendidikan inklusi di suatu sekolah erat kaitannya dengan bagaimana budaya sekolah menyikapi perbedaan yang ada didalamnya.Pada abad 21 ini, karya pendidikan Ursulin dihadapkan pada tantangan yang membutuhkan keterampilan berpikir kritis, kreatif, inovatif, dan kolaboratif, dan menguasai teknologi informasi komunikasi. Hal itu membuat sekolah Ursulin senantiasa bertransformasi sesuai dengan perkembangan zaman. Kemampuan dan semangat berkolaborasi para pendidik Ursulin menjadi kekuatan bersama untuk mencapai visi-misinya. Revolusi industri 4.0 yang sedang berlangsung di seluruh dunia membuka peluang luas bagi siapapun untuk maju. Namun demikian revolusi industri 4.0 tidak hanya meyediakan peluang, tetapi juga tantangan bagi generasi milenial. Hal-hal tersebut memicu proses tergerusnya nilai-nilai pengembangan hati nurani dan kurangnya porsi pendidikan karakter.

Foto : Kepala Sekolah Bersama Tim Orquestra de Serviamors Ende 2023_osiscontentcreator

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menemukan konsep ideal dalam menciptakan budaya inklusi yang unggul dalam penyelenggaraan pendidikan secara khusus di lembaga pendidikan Ursulin. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara,observasi, studi dokumen dan arsip. Responden penelitian =15 (lima belas) orang yang terdiri dari pengurus yayasan, pendidik, tenaga kependidikan, staf, peserta didik, orangtua, alumni di Yayasan Satya Bhakti di Kotamobagu – Sulawesi Utara. Hasil analisis 6 (enam) penerapan nilai-nilai dasar Serviam yang diperoleh dapat dikategorikan baik. Adapun urutan ranking pencapaiannya sebagai berikut; ranking pertama adalah nilai cinta kasih, kedua adalah persatuan, ketiga adalah pelayanan, keempat adalah integritas; kelima adalah keberanian, ketangguhan dan keenam adalah totalitas. Hasil analisis implementasi nilai- nilai dasar ini didukung dan dilengkapi dengan hasil analisis penilaian kinerja manajerial pegawai yang mencakup kompentensi utama, kompetensi manajerial dan kompetensi spesifik pendidik dan tenaga kependidikan,serta tenaga penunjang yang dapat dikategorikan baik. Hasil ini menunjukkan pencapaian kinerja dan profil lulusan sesuai dengan realitas manajemen operasional dan sumber daya manusia di Yayasan Satya Bhakti Kotamobagu saat ini sebagai komunitas pembelajar, di mana para pendidik, tenaga kependidikan dan tenaga penunjang mampu berinovasi, beradaptasi dengan sistim manajemen strategis yang memadai sesuai dengan Visi-Misi sekolah yaitu terciptanya komunitas pembelajar seumur yang kritis, kreatif, dan inovatif dalam mengintegrasikan ilmu pengetahunan, teknologi, iman dan nilai-nilai kemanusian sebagai nilai-nilai dasar pendidikan Ursulin (core values) untuk membangun budaya sekolah inklusi dengan gaya kepemimpinan yang transformatif di abad-21 ini. Kepemimpinan merupakan bagian penting untuk membangun pendidikan dengan budaya sekolah inklusif dengan menghidupi dan mengembangkan nilai-nilai utama Serviam, kompentensi utama, kompetensi manajerial dan kompetensi spesifik pendidik dan tenaga kependidikan serta seluruh elemen sekolah dan masyarakat. Budaya sekolah inklusi membutuhkan kerjasama, kolaborasi dan kompetensi sesuai dengan profesi dibidangnya sesuai dengan pedoman tata kelola yayasan pendidikan Ursulin yang bersinergi untuk membangun kepemimpinan transformatif di lembaga pendidikan sesuai dengan tujuan dasar pendidikan yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan adalah proses dinamis yang mencakup semua aspek masyarakat dan menambah nilai bagi individu, maka pendidikan adalah sarana untuk memajukan suatu bangsa dan negara.

Kata kunci: Pendidikan, Nilai utama (Core value), Kepemimpinan (Leadership).

KESIMPULAN

Pendidikan adalah sebuah proses yang dinamis dalam membantu generasi muda di setiap zaman agar menemukan jati dirinya sehingga bisa berperan dalam masyarakat. Keberadaan (fakta objektif) manajemen budaya sekolah inklusif berbasis nilai-nilai Serviam sebagai komunitas pembelajar dalamkonteks kepemimpinan pendidikan Ursulin leadership 21st century skills di SMP Katolik Theodorus-Yayasan Pendidikan Satya Bhakti Kotamobagu saat ini membutuhkan manajemen pengembangan yang berkesinambungan melalui pembiasaan  nilai-nilai dasar secara terus-menerus terutama penerapan nilai integritas yang berkaitan dengan pola perilaku setiap pribadi dalam  komunitas sekolah untuk membangun, mengembangkan budaya inklusif berbasis nilai Serviam. Mengimplementasikan manajemen budaya sekolah inklusif merupakan esensi dari nilai-nilai dasar pendidikan Ursulin sehingga di tengah arus perubahan dan tuntutan zaman, pendidikan Ursulin tetap memiliki identitas dan ciri khas tersendiri yaitu nilai-nilai dasar Serviam. Mengembangkan manajemen budaya sekolah inklusif berbasis nilai-nilai Serviam merupakan konsep ideal dalam manajemen pendidikan Ursulin yang mencakup indikator nilai-nilai Serviam yang tampak dalam manajerial dan pola perilaku pegawai yayasan (pendidik, tenaga kependidikan dan tenaga penunjang), perilaku peserta didik, juga standar    perilaku lulusan sekolah Ursulin (alumni).  Mengembangkan budaya sekolah inklusif dapat diterapkan dengan manajemen sekolah melalui pembiasaan penerapan nilai-nilai dasar pendidikan Ursulin secara autentik dan holistik sebagai komunitas pembelajar dimana pengurus yayasan mempunyai peran yang penting dan strategis sebagai mentor dan animator akan terwujudnya budaya nilai-nilai pendidikan Ursulin. Yayasan sebagai animator berperan menggerakkan dan mendorong secara terus-menerus unit-unit sekolah agar secara konsisten menumbuhkan nilai-nilai pendidikan dasar pendidikan Ursulin sehingga pendidikan sekolah Ursulin menjadi model dan sumber inpirasi bagi semua orang bagaimana mewujudkan pendidikan yang holistic sesuai dengan revolusi 4.0. Model ini juga sejalan dengan bapak pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara. (Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tutwuri handayani yang artinya di depan memberi contoh, di tengah membangun semangat dan teladan, di belakang mendorong/mendampingi).

Sebagai pegawai yayasan pendidikan Ursulin yang merupakan mitra kerja para suster Ursulin yang ikut ambil bagian dalam mengajarkan, membagikan, menstrasfer, mengembangkkan nilai-nilai dasar pendidikan Ursulin kepada para peserta didik yang mereka layani sesuai tugas dan peran masing-masing, sekaligus menghidupinya dalam tugas pokok dan fungsi manajerialnya. Hal ini membutuhkan pengembangan yang berkelanjutan melalui pembiasaan diri, perubahan yang autentik dan holistik yang mencakup: Penanaman 6 (enam) nilai utama Serviam yaitu cinta dan belas kasih, integritas, keberanian dan ketangguhan, semangat persatuan, totalitas dan semangat pelayanan;

  1. Meningkatkan Kompetensi utama, yaitu kerja sama, orientasi pelayanan, kemampuan komunikasi, hasrat berprestasi, kepedulian, menjalin relasi yaitu kemampuan membina dan atau memelihara hubungan pertemanan ataupun jaringan kerja sama/relasi dengan orang lain, yang akan bermanfaat bagi dirinya dalam mencapai tujuan kerjanya, kemampuan belajar berkelanjutan (lifelong learning) yaitu kesadaran akan kebutuhan untuk mengembangkan diri melakukan introspeksi diri dengan melihat tuntutan eksternal yang selalu berubah dan meningkat.
  2. Kompetensi manajerial; Perencanaan dan pengorganisasian yaitu kemampuan menyusun rencana kerja jangka pendek dan jangka panjang dengan menetapkan target yang spesifik, realistis, efektif, dan komprehensif untuk mencapai tujuan organisasi;kontrol / pengendalian yaitu memonitor pelaksanaan pekerjaan dalam mencapai target yang sudah direncanakan, dan mampu menyesuaikan tindakan perbaikan secara akurat dalam rangka mencapai target yang telah ditentukan; kemampuan mengembangkan bawahan untuk mengenali karakteristik tim dan mendorong tumbuhnya proses pembelajaran jangka panjang pada tim, serta pengembangan tim melalui usaha yang sistematis dan terencana; kepemimpinan (team leadership) yaitu kemampuan untuk mengelola kelompok baik dalam posisinya sebagai pimpinan formal maupun pimpinan orang lain dalam format suatu kegiatan bersama; manajemen konflik yaitu mencegah, mengelola, dan/atau menyelesaikan konflik; pengambilan keputusan yaitu kemampuan dan keberanian dalam menentukan pilihan dan tindakan yang sesuai dengan situasi yang dihadapi dengan analisis untuk memecahkan persoalan; continuous improvement yaitu kemampuan dan kemauan untuk secara terus menerus melakukan pembaharuan/perbaikan dalam upaya memperoleh hasil kerja yang efektif atau melebihi dari standar yang sudah ditetapkan.
  3. Kompetensi spesifik tenaga pendidik, tenaga kependidikan yang meliputi pengembangan metode pembelajaran di mana kompetensi ini berkaitan dengan seberapa jauh pendidik memiliki kemampuan untuk melakukan pengembangan terhadap metode pembelajaran yang akan dipergunakannya dalam mengajar; ketepatan waktu (disiplin).  Gaya kepemimpinan (style of leadership) 21st century skills dalam mengelola mutu sekolah sesuai dengan indikator learning community dan mengacu pada visi-misi sekolah serta nilai-nilai pendidikan dan budaya sekolah dalam melakukan evaluasi monitoring berdasarkan core values pendidikan Ursulin serta profil lulusan sebagai output pendidikan Ursulin. “Bagi Anda hiduplah sedemikian rupa hingga Anda menjadi contoh bagi mereka, apa yang Anda ingin mereka lakukan lakukanlah sendiri itu kebih dahulu. Maka berusahalah memimpin dan mendorong mereka dengan contoh Anda sendiri sehingga mereka hidup baik” (nasehat Santa Angela VI: 1-2,6). Upaya yang ditempuh para pemimpin, pendidik dalam mengatasi masalah tersebut yaitu  menjamin pendidikan melalui program yang bermutu dan lebih fungsional, baik bagi individu maupun masyarakat, diperlukan keterlibatan aktif semua pelaku dan pemangku kepentingan pendidikan serta menerapkan sistem manajemen yang sesuai dengan kebutuhan dan layanan teknologi informasi komunikasi yang relevan saat ini.  Santa Angela Merici sebagai pendiri suster Ursulin dengan jelas dikatakan dalam Nasehat VII: 1-2,5:” Cintailah semua puteri anda tanpa pilih kasih karena mereka semua Anak Allah dan anda tidak tahu apa yang Dia rencanakan bagi mereka semua. Sambutlah mereka semua tanpa pilih kasih karena anda tidak berhak menilai hamba Allah. Dialah yang tahu dengan tepat apa yang Dia inginkan dari mereka. Kutipan ini menjadi nasehat berharga sebagai pedoman kekhaskan pendidikan Ursulin yang menunjukkan sikap dan pola perilaku kita terhadap setiap pribadi di dalam menumbuhkembangkan nilai-nilai SERVIAM sebagai komunitas pembelajar seumur hidup sesuai dengan Visi-Misi Pendidikan Ursulin. Semoga bermanfaat!!!   SALAM SERVIAM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *