“Senyum Dulu”, Baik atau Tidak Baik Waktunya (In Memoriam of Mgr. Sensi Potokota)
Minggu, 19 November 2023 di Rumah Sakit St. Karolus Boromeus Jakarta, pukul 19.21 WITA, gembala itu berpulang kembali ke pangkuan Bapa. Ya, kekasih kita, Mgr. Vincentius Sensi Potokota, Uskup Keuskupan Agung Ende tutup usia. Setelah mengalami pergulatan yang cukup panjang dengan sakit, Yang Mulia akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya di usianya yang ke 72 tahun. Mgr. Sensi (sapaan akrabnya) menjalani tahun kegembalaannya sebagai uskup kurang lebih 17 tahun. Sederet jejak cinta kasih sudah ia ukirkan di dalam diri pribadi per pribadi. Sudah banyak kisah yang telah beliau curahkan bagi domba-dombanya. Di balik moto kegembalaannya “Wartakan Firman, baik atau tidak baik waktunya”, Mgr. Sensi benar-benar menjadi pembawa kabar sukacita Allah bagi seluruh umat keuskupan Agung Ende secara khusus. Mengutip kotbah Uskup Antonius Subianto Bunjamin, OSC (Uskup Bandung, Ketua KWI) pada misa pemakaman, bahwa Mrg. Sensi adalah seorang gembala yang benar-benar mencintai domba-dombanya. Ia berpegang teguh pada komitmennya. Komitmen mengatasi emosi. Komitmen untuk mewartakan cinta kasih Allah mengatasi segala penderitaan dan sakit yang ia alami. Dalam kondisi fisik yang begitu lemah, beliau tetap selalu punya waktu untuk mengunjungi umat, menyapa domba-dombanya. Ya, Mgr. Sensi benar-benar mewartakan firman, baik atau tidak baik waktunya. Bagi umat kesukupan agung Ende, uskup Sensi adalah sosok yang sejuk dan teduh. Ada suasan ‘nyaman’ ketika kita berjumpa dengan beliau.
Pada hari Kamis, 23 November 2023, hari istimewa untuk masyarakat Kabupaten Ende, umat Keuskupan Agung Ende. Hari itu menjadi hari terkahir bagi seluruh umat untuk berjumpa uskup Sensi secara fisik. Ribuan umat berkumpul di Gereja Kristus Raja Katedral Ende untuk mengikuti misa Requem bagi Mgr. Sensi.
Ada tangis dan air mata yang terurai sendu di ruang gereja itu. Ada sedih yang menderu di halaman gereja itu. Semua mata umat berkaca-kaca. Serasa seperti tidak rela sosok itu pergi. Setelah misa, jenazah uskup Sensi ‘dipangku’ oleh ribuan domba-dombanya menuju tempat peristirahatan terkahir, di halaman istana keuskupan Ndona. Ribuan umat mengiringi perjalanan menuju ke Ndona.
“Mgr. Sensi Potokota telah berpulang. Ia “berpulang” bukan meninggal. Karena jika meninggal itu adalah “kepasifan”, tidak bergerak. Ia berpulang, simbol “keaktifan”, ada aksi untuk bergerak kembali atau pulang kepada Bapa”, kata Kardinal Suharyo, Uskup Agung Jakarta, pada Misa Requem untuk Mgr. Sensi di Gereja Katedral Jakarta.
Uskup Sensi dalam hampir seluruh kotbahnya, beliau selalu menyapa umatnya untuk sebuah tujuan mulia sebagai tugas kegembalaannya. Beliau selalu meminta umatnya untuk hidup bersatu, tetap bersatu dalam situasi apapun. “Saya amat menyadari sebagai gembala di wilayah keuskupan agung Ende secara khusus di kevikepan Ende, bersama seluruh umat untuk membangun persekutuan, kebersamaan dengan jiwa persaudaraan. Saya mengharapkan dalam doa untuk tetap bersatu, supaya persaudaraan itu tetap terjaga. Supaya saya bersemangat, senyum dulu dong“. Itulah potongan-potongan ‘sapaan kasih’ Sang Gembala untuk umatnya.
Gembala itu telah menyelesaikan tugas kegembalaanya.
Gembala itu kembali kepada Sang Gembala Agung.
Gembala itu melambaikan tangan, memberi berkat bagi dombanya.
Ya, Gembala itu pulang ke pangkuan Sang Pemberi Panggilan itu.
Selamat jalan Sang Gembala. Sampai jumpa lagi di suatu hari nanti. Selamat Jalan Uskup Agung Kami, Mgr. Vinsensius Sensi Potokota. Uskup Keuskupan Agung Ende. Citamu terukir indah di dalam sanubari kami domba-dombamu. Surga tempatmu, hai Gembala yang baik.
Penulis : Marsianus Tonda, S.Fil_Pastoral Sekolah